Jumat, 19 September 2008

HIBAH ASING

HIBAH ASING DALAM MENGAKSELERASI KUALITAS PEMILU
Oleh :
GuS HeNS

Kata dengan embel-embel "ASING", bahkan kalau sudah berbau-bau soal dana dan dengan embel-embel 5 huruf tersebut sontak membuat rekan-rekan saya para aktivis, demonstran dan pengiat demokrasi yang bertempat tinggal di gubuk-gubuk bernama LSM/ORMAS, meradang menjadi demam tinggi dan mulut terasa gatal untuk segera berteriak. " Go To Hell Comprador ", begitulah kira-kira nuansa kebatinan rekan-rekan terhadap kecintaanya pada ibu pertiwi yang mandiri, bebas intervensi, tegar berdiri dan berwibawa dengan tanpa merunduk-runduk ke tangan para kapitalis global. Nah, momentum itu kini mencuat kembali disaat pesta demokrasi ini mulai akan ditabuh oleh KPU, tabuhan pemilu yang biasanya bergending solo berubah berirama cadas gaya Rock n'd Roll ala Paman Sam, suara-suara pedas, suara-suara memekakkan telingga bahkan kumpulan orang-orang sudah siap untuk memacetkan jalur 3 in1 seputar Jl. Imam Bonjol - Diponegoro, Menteng Jakarta Pusat. Belum ditambah lagi kelompok Bonex " PRO GUS DUR ", yang siap mengepung KPU dan berkemah disepanjang kawasan kaum elite Menteng akan menambak hiruk pikuk dan suasana tegang mencekam disekitar kantor penyelenggara pemilu tersebut. Bola panas ini muncul saat KPU baru saja digelontor dana oleh Pemerintah Belanda melalui program UNDP antara pemerintah Indonesia yang diwakili oleh pihak Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bapenas) dengan Pemerintah Kerajaan Belanda melalui Kedutaan Besarnya di Jakarta, bantuan yang hampir mendekati US 1 juta, memang diperuntukan memperbaiki dan meningkatan kualitas sistem pemilu 2009. Selain pemerintah Kerajaan Belanda, bebarapa negara-negara barat juga berkomitmen untuk memberikan bantuan dalam medorong program ini, antara lain : Amerika dengan bantuan sekitar US 7 juta, Spanyol US 1.2 US, Autralia US 10 juta, dan beberapa negara lainnya turut serta berkomitmen memberikan bantuan dana yang dikemas melalui program UNDP. Dari peryataan pers pemerintah dalam hal ini pihak menteri keuangan dan Bapenas, bahwa dana-dan bantuan tersebut memang khusus dialokasikan ke dalam program meningkatkan kualitas pemilu 2009. Adapun beberapa program yang telah diagendakan antara lain, peningkatan partisipasi dan validitas data pemilih, penguatan sistem pelaporan hasil pemilu dari KPUD ke KPU Pusat serta beberapa akselerasi mutu Pilkada di bebarapa tempat.
Melihat beberapa agenda program yang telah dipaparkan memang terasa menarik dan masuk akal untuk dipraktekan dalam penguatan sistem pemilu 2009 mendatang. Namun seperti biasa, teman-teman aktivis dan gerakan mencium aroma bau tidak sedap dalam setiap dana hibah dan bantuaan yang selalu digelontorkan oleh pihak asing. Atau meminjam istilah para eksekutif muda jakarta, " tiada makan siang gratis ", maka rekan-rekan aktivis mencurigai pasti ada agenda tersembunyi dan pamrih dikemudiaan hari para kreditor - kreditor asing tersebut, atau malah akan menjadi dana " bancakan " alias kenduriaan para elit dinegeri ini dengan jurus aji mumpung ada pemilu. Beberapa pengalaman yang penulis alami semenjak menjadi aktivis, bahwa dana-dana seperti itu merupakan dana siluman-siluman yang tiada pertanggungjawabannya kepada publik, sehingga kadang kala banyak program yang dibuat mengada-ngada atau mumpung ada anggaranya " apa yang bisa kita mainkan "?, sehingga dana tersebut terasa untuk program main-main. Memang, kalau kita membaca TOR dari pembuat proposal ataupun proposal Bapennas sendiri terasa ideal dan sangat memiliki kualifikasi proyek yang layak mendapatkan pembiayaan, namun dalam tataran praxis program tersebut seperti jauh panggang daripada api, apalagi berbicara tentang azaz manfaatnya bagi masyarakat. Bahkan yang terjadi banyak konkalikong antara pembuat program proposal tersebut dengan pelaksananya, misal : akan banyak tumbuh LSM-LSM jamuran, yaitu LSM yang tiba-tiba muncul tanpa pernah memiliki eksistensi dan jaringan dimasyarakat, apalagi memiliki karya dalam pengalaman mengadvokasi masyarakat. Lahirnya LSM seperti itu hanya akan merusak citra LSM dimana mereka hanyalah LSM proyek yang dibuat untuk menjalankan proyek oleh sang pembuat proposal dan pemegang kebijakan proyek tersebut, sehingga nilai dan kontribusi positifnya bagi rakyat tidak ada.
Jadi dana asing yang kita peroleh dengan menggadaikan harkat serta martabat bangsa ternyata tidaklah banyak berarti bagi rakyat umumnya, tetapi sangat berarti bagi orang-orang disekitar elit kekuasaan dalam melakukan ritual ala mereka, yaitu " bancakan dana hibah ", mereka mengeruk dana tersebut tanpa pernah berfikir tentang harga diri bangsa, tanpa perna berfikir martabat bangsa dan tanpa pernah berfikir dari dan untuk serta pesanan apa dana tersebut digelontorkan oleh asing kepada bangsa kita, mereka hanya satu tujuan yaitu meraup sebesar-besarnya dana tersebut. Pantaslah mereka berteduh dalam rumah-rumah gedong meraka, pastalah mereka mengendarai jaguar meraka, pantaslah mereka memadati mall-mal, cafe-cafe elit di Thamrin, diskotik dan klub-klub eksekutif di ibukota, bahkan pastaslah mereka mem"boking" gadis-gadis pelacur bule untuk menaikan gengsi dan harga diri mereka. Sadarkah mereka, mereka telah menjual kemiskinan, mereka telah menjual kebodohan, mereka telah menjual anak-anak terlantar dengan atas nama program-program untuk orang miskin, demi untuk dapat dana-dana hibah dari asing untuk kesenangan dirinya. Betapa laknatnya kalian dimata Tuhan, betapa nistanya kalian dihadapan orang-orang miskin yang tetap tegar dan sabar dalam menjalani hidupnya. Pantaslah bangsa ini terus terseok-seok, terus terpuruk-puruk akibat penguasanya tidak amanah dan menjadi "anjing herder" bagi komprador asing.
Alangkah bijaknya kalau para penyelenggara dinegeri ini amanah, alangkah indahnya kalau kita menjalankan filosofis kekuasaan ini berdasarkan kata pengabdiaan, tapi apakah itu hanya utopia ?, yang jelas tidak. Jawaban dari semua itu adalah, bahwa orang-orang baik, orang-orang hanif, orang-orang amanah, wajib dan harus merebut kekuasaan dari penguasa-penguasa yang dzalim !!!.


Tidak ada komentar: