Selasa, 16 September 2008

RENUNGAN HATI NURANI DIBULAN RAMANDHAN

ZAKAT & POLITISASI KEMISKINAN
Oleh :
GuS HeNS ( HRS )

"Kalau saya miskin karena garis Illahi, saya terima dengan ikhlas,...tapi kalau saya miskin karena dimiskinkan oleh kekuasaan,....akan saya lawan dengan tetesan darah terakhir" HRS

Sebagai mantan aktivis mahasiswa yang telah bergelut lebih dari 15 tahun berjuang, bergaul, menyelami hati dan kehidupan saudara-saudara saya yang papa, yang kurang beruntung, yang terpinggirkan dalam strata sosial ekonomi masyarakat di ibu kota, saya merasa miris melihat berita di Pasuruan, kota kecil tempat saya pernah tinggal beberapa tahun. Insiden tewasnya 21 orang , saudara-saudara saya yang papa dalam pembagiaan zakat dari salah seorang pengusaha terkenal dikota tersebut, menjadikan bulu kuduk saya merinding merasakan tragedi yang memilukan tersebut. Saya bisa merasakan denyut penderitaan dan harapan mereka terhadap perbaikan kehidupan, tapi disaat harapan itu muncul merekalah yang harus menjadi korban dari cita-cita dan harapannya. Rakyat kecil, rakyat miskin, rakyat papa, mereka identik dengan kebodohan, mereka identik dengan kekerasan, mereka identik dengan kebebasan bahkan mereka identik dengan hukum rimba yang kadang diantara mereka saling memakan, menginjak, menerkam dan membinasakan. Itulah kejujuran yang saya potret dari kehidupan dilingkungan mereka, mereka telah frustasi dengan kehidupan, mereka telah kalap akibat ditindas oleh struktur kekuasaan.....maka saat ada kesempatan mereka tiada pernah menoleh pada saudara-saudara senasib dengannya, mereka saling mendahului, mereka saling menerjang, mereka saling menginjak, untuk memperoleh apa-apa untuk mengisi perut dan menyambung hidup mereka.........mereka susah bersatu.....mereka......susah mempererat tali persaudaraan.....tapi merek saling salib dan membunuh bila ada kesempatan !!!.
Ma'af sebelumnya, kalau bahasa saya terlalu keras dan kasar berkenaan pandangan saya kepada sebagiaan dari orang-orang miskin yang selama ini saya potret dalam kehidupan mereka. Bukan saya tidak berpihak pada mereka, bukan saya tidak menyayangi mereka dan bukan saya tidak mencintai mereka, tetapi saya mencoba mengangkat potret kebenaran yang selama ini saya gauli dan dalami. Sebagai Sekertaris Jenderal APKLI ( Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia ), bersama Bapak ADI SASONO, saya secara pribadi telah bergaul dan menyelami kehidupan mereka lebih dari 15 tahun semenjak masih mahasiswa hingga kini, bercengkramah, tidur dalam pondok-pondok bambu di kolong-kolong jembatan dan di kolong jalan tol, terbiasa saya alami dalam rangka membela mereka, mengadvokasi mereka dan menyelami prikehidupannya. Mungkin jarang orang bicara selugas saya soal kemiskinan, biasanya para intelektual dan pengamanat ekonomi selalu bicara tentang angka-angka kemiskinan dari parameter ilmu ekonomi yang "melangit" mencari popularitas dengan menjual angka-angka tiap-tiap kepala dan perut kosong orang miskin.
Saya katakan " Bohong !! ", kalau ada pemerintahan yang menyatakan rakyat kita tidak ada yang miskin, dan saya katakan " Bohong..pula " kalau saat ini kemiskinan menurun. Ini saya katakan dengan lugas, walaupun partai saya sedang berkuasa ," katakan yang benar walau itu pahit ", itu prinsip yang selalu saya pegang....!!!. Saat ini untuk mensekolahkan anakpun mengalami kesusahan, makanan sehari-haripun teramat susah, mencari pekerjaan dan sesuap nasipun terasa berat, maka saya katakan " bohong " kalau kondisi lebih baik dari pemerintahan yang dulu, bagi saya..pemerintahan, baik yang dulu maupun yang sekarang masih gagal dalam mengemban amanat mengentasakan kemiskinan. Mereka semua masih berada diketiak dan menghamba pada kapitalisme global, mereka semua masih menjilat pantat UNCLE SAM, mereka semua masih mengemis dan merunduk-runduk ke penguasa kapitalisme global. Hanya isu rakyat miskin, hanya isu ekonomi kerakyatan yang mereka jual mencari sensasi politik, tapi mereka tidak pernah mendekat dan berpihak dalam kebijakan ekonomi poltiknya. Mengapa pedagang-pedagang kelontong kalian gusur, sedangkan kalian legalkan CAREFOUR ataupun ALFA MART berdiri ditiap gank-gank penduduk, dan kalian menutup mata atas itu, apakah itu ekonomi kerakyatan. Mengapa saudara-saudara saya kalian gebukin, kalian usir-usir, gerobak hasil utang kalian bakar?, dengan sok gagah kalian kerahkan pasukan baju biru yang tiada berakal dan berhati nurani ?, apakah ini solusi mengentas kemiskinan. Saya sadar, saudara-saudara saya bodoh, saya sadar, saudara-saudara saya keras dan saling menerkam diantara mereka, dan saya sadar, saudara-saudara saya susah diatur dan susah diarahkan, tapi saya sadar pula..., " saya harus membela mereka !!! ".
Zakat sebagai salah satu solusi atas kesadaran orang-orang berada terhadap orang-orang papa telah menjadi komuditas sensasi ala selebriti, bahkan melebar masuk wilayah dan ring politik. Sesuatu yang sungguh mulia yang dituntuntan Rosullullah Muhammad SAW, telah menjadi perbuatan "riya' " menjadi komoditas sensasi mencari popularitas dan ke'aku'an terhadap diri dimata masyarakat. Tidakkah, sungguh mulia, kalau orang yang berlebih harta datang dengan tiada mengexpos diri pada orang-orang yang papa. " Tidakkah, kita ingat khalifah Umar Bin Khattaf, memikul karung beras sendiri di malam hari menyantuni wanita miskin yang buta, dengan tiada orang yang melihatnya bahkan dirinya dihujat dan dicerca wanita miskin tersebut atas kepemimpinanya iapun tetap sabar, tabah dan rutin mengangkap karung beras padanya ". hingga ia wafat baru wanita miskin yang buta itupun tahu kalau yang menyantuninya selama ini adalah sang khalifah yang selalu ia benci dan maki saat bertemu dengan khalifah itu sendiri. Tidakah, ada keinginan para pengusaha itu datang dan menghadiri satu persatu orang-orang papa itu dengan tanpa diketahui gemerlapnya pemberitaan, ataukah memang mereka ingin menari diatas kemiskinan untuk popularitas.
Jangan jadikan zakat untuk menari diatas genderang kemiskinan demi popularitas, bahkan jangan jadikan kemiskinan sebagai alat politik untuk sebuah kekuasaan. Berikanlah dengan ikhlas pertolongan kepada mereka tanpa hingar bingar sorot kamera dan pemberitaan, ulurkan tangan kalian dengan tulus walau ujung jarimu digigit oleh mereka. Jangan jadikan mereka ajang politisasi kemiskinan, jangan menari diatas perut kosong mereka, berfikirlah dan berkaryalah untuk membuat mereka mampu bertahan hidup, bukan untuk terinjak-injak dalam ketidak pastian hidup.
Semoga renungan ini berguna bagi saya pribadi, bagi saudara-saudaraku yang berlebih harta, dan bagi kawan-kawanku yang sekarang sedang berkuasa.


2 komentar:

3Permata mengatakan...

Ass.wr.wb.
Alhamdulillah..
kalo di Indonesia ada 10 orang yang punya visi sama seperti bapak untuk memimpin negeri ini, Insya Allah akan makmur, damai & sejahtera negara kita.
Terima kasih, dengan membaca artikel bapak, saya dapat pencerahan dan tambahan ilmu.
Wass.

About Me mengatakan...

Article yang bagus dan menyentuh ... tetapi apakah kalimat-kalimat seperti ini mampu bertahan di tengah carut marutnya politisi kita dengan warna warni kepentingannya masing masing. Kebijakan pemerintah dari partai dimana Anda berada saja sudah tergambar jelas suatu cara pandang yang berbeda ... apakah Anda akan bisa bertahan dengan kalimat yang bagus seperti ini melawat para big boss Anda setelah Anda tampil lebih tinggi lagi? ......